Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. Tapi belum begitu lama ia pindah ke betis.“Balik badannya..!” pintanya.Aku membalikkan badanku. BokepJepang Jam berapa harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yang penuh gelora itu. Dari atas: Turun. Ia tersenyum melihatku.“Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan,” katanya.Ia mencari-cari. Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior. Satu dua, satu dua. Hap. Tetapi, aku harus berani. Ada cairan putih di celana dalamku.Di kantor, aku masih terbayang-bayang wanita yang di lehernya ada keringat. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.“Yang ini atau yang itu..?” katanya menggoda, menunjuk Juniorku.Darahku mendesir. Hap. Aku jelas mendengarnya dari sini.Kembali ruangan sepi. Anggap saja tiap-tiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku: Tujuh. Inilah kesempatan itu. Garis setrikaannya masih terlihat. Ayo cepat ia hampir selesai membersihkan belakang paha. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Lalu pindah ke pangkal paha. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Ah. Dadaku mulai berdegup lagi. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Kemudian menyerahkan celana pantai.“Mbak Wien, pasien menunggu,” katanya.Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Payudara itu dari jarak yang cukup dekat jelas membayang. Jam berapa aku berangkat. Tetapi, aku harus berani. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Aku hanya main dengan tangan.
