Setelah mempersilakan aqu untuk duduk, dia pergi ke kamarnya, setelah itu dia kembali lagi dgn pakaian yg sudah digantinya, dia tak langsung menghampiriku tapi terus melangkah ke arah dapur dan kembali dgn segelas air putih dan segelas kopi, lalu dia menyodorkan kopi tersebut kepadaqu.“Wah enak sekali nih hari gini minum kopi, kamu kok gag minum kopi juga vi?”“Saya gag pernah minum kopi pak, gag boleh sama si mas.”“Oh gitu.”“Pak mobilnya dimasukin garasi aja ya, biar Silvi yg mindahin.”“Bolah, sekalian saya mau ikut ke kamar mandi dulu, badan rasanya gag enak kalau masih ada keringatnya.”“Handuknya ada di kamar mandi pak.”Dia berdiri sambil menerima kunci mobil yg kuserahkan sedangkan aqu ngeloyor ke kamar mandi untuk terus membersihkan badan yg memang rasanya agak gag enak setelah barusan diperjalanan dihadapkan ke kondisi jalan yg cukup macet tak seperti biasa.Keluar dari kamar mandi kudapati Silvi kelihatan sedikit bingung, kutanya dia,
“Kenapa vi, kok seperti yg bingung begitu ..”“Anu pak, barusan ada telepon dari restoran yg saya pesani untuk makan malam, katanya gag bisa nganter makanan yg dipesan karena kendaraannya gag ada.”“Ya sudah gag apa-apa, kita kan bisa bikin makanan sendiri, punya apa yg bisa dimasak?”“Adu pa, Silvi jadi malu.”“Udah gag apa-apa kok, malah jadi bagus kita bisa masak barengan.”Kataqu sambil tersenyum, Silvi melangkahkan kakinya menuju dapur dan
>