Aku yakin sekali, orang tuanya sudah berhasil mendidiknya dengan ajaran agama. Aih, kalimat ini mengingatkanku pada Hujan Bulan Juni milik Sapardi. film bokep jepang Seharian ini, aku memang dirundung hujan, dan aku tidak berlari. Sehabis menikmati dunia, anak-anak itu berpencar lagi, termasuk anak laki-laki yang kembali ke dekat tiang lampu merah. Beberapa di antara mereka malah lebih menakutkan daripada hantu-hantu yang bergentayangan di rumah-rumah tua. Anak laki-laki itu mengangguk saja. Ada sedikit rasa kagum melihat anak itu. Tapi seperti yang aku katakan, aku tetap bertahan pada tempatku berdiri. Anak laki-laki yang berjualan itu malah tersenyum. Oleh karenanya, aku betah berdiri berlama-lama di sini. Tidak cukup lama, orang-orang sudah berkerumun ke arah anak itu. “Woi!” teriak salah satu anak dari gerombolan itu dengan kasar. Anak laki-laki itu mengangguk saja. Anak laki-laki itu mengangguk saja. “Woi!” teriak salah satu anak dari gerombolan itu dengan kasar. Aku tetap bertahan di tempatku berdiri, tetap menyaksikan anak laki-laki penjual kantong plastik di dekat tiang lampu merah yang juga masih berjualan. Aku tahu anak itu pasti bekerja di malam begini karena suatu keperluan yang mendesak, atau itu memang pekerjaannya demi membantu biaya sekolah.
