“Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.”
Ia berdiri. BokepJepang Aq membayangkan dapat menjepitnya di sini. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Aq perhatikan ia sejak bangkit hingga turun. Lalu ia memijat lutut. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Yes. Padahal, wajah wanita setengah baya yg di lehernya ada keringat sudah terbayang. Lho, salon kan tempat umum. Kami seperti tdk ingin membuang waktu, melepas pakaian masing-masing lalu memulai pergumulan.Iin menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aq masih mematung. Aq tdk menjepit tubuhnya. Pijitan turun ke perut. Aq pertegas bahwa aq mengendus kuat-kuat aroma itu. Keras sekali. Nafasnya tersengal. Aroma asli seorang perempuan. Kali ini dengan telapak tangan. “Ya.”Lalu aq menuju ruang yg kemarin. Agar kejadian kemarin terulang. Kali ini dengan telapak tangan. Sekali. Hari itu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yg datang, baru aq saja. Kami seperti tdk ingin membuang waktu, melepas pakaian masing-masing lalu memulai pergumulan.Iin menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Jam berapa aq berangkat. Namun, tiba-tiba keberanianku hilang. Makin lama makin jelas. Begini saja daripada repot-repot.
