Mulutku meraup bibirnya. Bokep jepang Matanya yang sayu ditambah dengan rangsangan yang tengah dialaminya, menambah redup bola matanya. plash.. Santi, kamu pintar merawat, yaa..”, aku mencoba mengungkapkan keindahan pada tubuhnya. Kali ini tanpa malu-malu aku menatapnya dengan sepengetahuan Eksanti. Matanya perlahan terpejam. biasalah, kamu juga pasti tahu”, jawabku sambil tertunduk.Tiba-tiba dia memegang tanganku. Semula Eksanti menolak, karena dia takut kalau kami tidak bisa menahan diri. “Aku ingin mandi bersamamu, Mas,.. Tanpa berhenti membelai, telapak tanganku kini sudah berada pada sisi payudaranya. Eksanti membalas.Aku meyandarkan kepalaku di dadanya. Aku memandang matanya, memandang bibirnya yang basah. Aku memandang matanya, memandang bibirnya yang basah. Itu adalah ciuman kami yang terakhir.., percintaan kami yang terakhir.., sebelum akhirnya Yoga menikahi Eksanti, 2 bulan kemudian.– Tamat -,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan-pelan, untuk menurunkan daya rangsangan yang aku alami. “Emangnya Mas, mimpi apa sama aku?”, tanyanya penasaran. Soalnya dalam pikiranku saat itu cuma ada khayalan-khayalan untuk bercinta dengannya. Aku mencoba mencairkan suasana, dengan kembali bertanya mengenai kesibukan pekerjaannya hari itu. Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya mengejang. “Terus, Yoga biasanya jam berapa pulangnya, Santi?”, tanyaku sekedar berbasa-basi. Mas..”, jerit Eksanti panjang. Namun Eksanti masih ingin tetap merasakan orgasmenya, sehingga tubuhku serasa dikunci oleh kakinya yang melingkar di pinggangku.
